Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam hal literasi, terutama di daerah-daerah terpencil. Menurut data, jutaan masyarakat Indonesia masih buta huruf, terutama di kalangan usia lanjut dan perempuan. Yayasan Bantulah Usaha Pemberantasan Buta Huruf Indonesia mengajak masyarakat luas untuk ikut serta dalam gerakan literasi nasional, yang tidak hanya menyentuh aspek pendidikan, tetapi juga pembangunan manusia seutuhnya.
Melalui program Gerakan “Bebas Buta Huruf 2045”, yayasan menargetkan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan bebas dari buta huruf. Program ini tidak bisa dijalankan sendirian, melainkan memerlukan dukungan banyak pihak: relawan, donatur, mitra, hingga pemerintah daerah.
Siapa pun bisa berperan. Anda bisa menjadi relawan pengajar, menyumbangkan buku, mendonasikan dana, atau sekadar menjadi penyebar semangat literasi di media sosial. Yayasan menyediakan pelatihan singkat bagi relawan yang ingin mengajar, dan juga laporan pertanggungjawaban rutin bagi para donatur.
Kisah sukses dari daerah dampingan menjadi bukti nyata bahwa keterlibatan satu orang saja bisa menciptakan dampak luas. Di sebuah desa di Kalimantan Tengah, keberadaan satu relawan pengajar telah membuat 18 warga dewasa akhirnya bisa membaca Al-Qur’an dan mengisi formulir administrasi sendiri. Dampak seperti ini tidak ternilai secara materi.
Yayasan juga membuka peluang bagi perusahaan untuk menjadi mitra adopsi literasi, yaitu mendanai satu desa atau komunitas secara penuh selama satu tahun. Program ini cocok bagi CSR perusahaan yang ingin berkontribusi nyata pada peningkatan kualitas SDM Indonesia.
Bersama Yayasan Bantulah, literasi bukan hanya angka statistik, tapi gerakan sosial yang menyentuh hati. Dengan setiap huruf yang dikenali, setiap kalimat yang bisa dibaca, masa depan seseorang berubah. Dan dengan perubahan satu orang, bangsa ini pun ikut bergerak maju.
Maka mari kita bergerak bersama. Karena satu buku bisa menyelamatkan satu jiwa. Dan satu relawan bisa mengubah masa depan sebuah generasi.